Mahkamah
Konstitusi Rusia seperti yang kita kenal saat ini dibentuk berdasarkan
Konstitusi Federasi Rusia tahun 1993. Akan tetapi undang-undang tentang MK
Rusia sendiri baru disahkan satu tahun kemudian, tepatnya pada bulan Juli 1994.[1] Itu pun
masih dibutuhkan waktu satu tahun sampai MK Rusia dapat benar-benar beroperasi.
Sebab kursi keanggotan MK Rusia baru dapat diisi pada Februari 1995.[2]
Jika
ditelusuri lebih jauh, MK Rusia yang dibentuk berdasarkan Konstitusi 1993 itu
bukan lah yang pertama, melainkan kelanjutan atau metamorfosa dari lembaga yang
serupa yang pernah eksis dalam ketatanegaraan Uni Soviet sebelumnya.
Lembaga
negara pertama yang dapat dikatakan memiliki peran dan fungsi selayaknya MK
Rusia yang sekarang ini adalah Committee of Constitutional Supervsion (Komite
Supervisi Konstitusional). Lembaga tersebut dibentuk berdasarkan Konstitusi
hasil amandemen 1988. Akan tetapi pengisian keanggotan Komite ini baru
dilakukan satu tahun setelahnya, yaitu Desember 1989, dengan ketuanya yang
pertama Sergei S. Alekseev.[3]
Pada
prinsipnya, tugas dan fungsi Komite ini ialah untuk menegakan Konstitusi Uni
Soviet dan menjaganya dari segala bentuk pelanggaran. Itulah sebabnya Komite
ini dibekali dengan kewenangan constitutional review atas UU Federal,
Konstitusi negara bagian, dan produk hukum lainnya yang dianggap bertentangan
dengan Konstitusi Uni Soviet. Hanya saja putusannya tidak bersifat final dan
mengikat.[4] Karena
setiap keputusan pembatalan yang dikeluarkan oleh Komite ini masih perlu
dinilai dan diberi kata akhir (diputus) oleh Parlemen Uni Soviet (Supreme
Soviet): apakah benar bertentangan dengan Konstitusi Uni Soviet sehingga
akan dinyatakan batal dan tidak memiliki kekuatan mengikat atau sebaliknya.[5]
Meskipun
hanya beroperasi dalam waktu singkat (1989-1991), Komite ini ternyata mampu
menunjukan eksistensinya sebagai salah satu organ konstitusional yang penting
di Uni Soviet pada saat itu. Salah satu keputusannya yang dapat dikatakan sebagai
landmark decision bagi Komite ini ialah keberaniannya membatalkan
Keputusan Presiden (President’s Decree) Gorbachev tahun 1990 tentang
pembatasan pertemuan umum dan demonstrasi di Moskow.[6]
Selain
keputusan tersebut, masih banyak keputusan “berani” lainnya yang pernah
dikeluarkan Komite ini dalam rangka memenuhi panggilan tugasnya sebagai
pengawal Konstitusi dan sekaligus pelindung Hak Asasi Warga Negara di Uni
Soviet.
Komite
Supervisi Konstitusional yang baru saja tumbuh menjadi lembaga yang cukup
disegani dalam kancah perpolitik Uni Soviet ini pada akhirnya larut dan bubar
bersamaan dengan bubarnya Uni Soviet pada
Desember 1991. Komite ini dengan sendirinya kehilangan legalitas dan
legitimasinya sehubungan dengan bubarnya Uni Soviet sebagai ibu kandung yang
telah melahirkannya.[7]
Setelah
runtuhnya Uni Soveit pada Desember 1991,[8]
pecahan Uni Soviet yang paling besar, Rusia, mulai menata ulang dan
mengkonsolidasikan negaranya dalam rangka menyongsong masa depan yang baru.
Banyak aspek ketatanegaraan Rusia yang direformasi dan diperbarui. Salah
satunya ialah soal gagasan pembentukan Mahkamah Konstitusi (Constitutional
Court) yang berdiri sendiri di luar Mahkamah Agung seperti model Austria (Astrian/Kelsenian
Model) dan Jerman.
Bagi
Rusia, membentuk Mahkamah Konstitusi yang murni dan sepenuhnya berdimensi
yudisial seperti yang diadopsi oleh Austria dan Jerman[9]
lebih menarik ketimbang mempertahankan lembaga semi yudisial seperti Committee
of Constitutional Supervision yang pernah eksis sebelumnya di masa Uni
Soviet. Hal ini dikatakan oleh Herbert Hausmaninger bahwa:
Whereas some of the republics
followed the example of the Union and created Committees of Constitutional
Supervision, Russia established a genuine Constitutional Court.[10]
Ide
pembentukan Mahkamah Konstitusi itu kemudian direalisasikan dengan membentuk UU
tentang Mahkamah Konstitusi Rusia yang berhasil disahkan sekitar bulan Juli
1991, saat-saat menjelang pembubaran Uni Soviet secara resmi.[11] Komposisi
Mahkamah ini terdiri atas 15 hakim konstitusi. Akan tetapi yang terisi hanya 13
saja, sementara dua lainnya dibiarkan tidak terisi.[12]
Mahkamah
Konstitusi yang dibentuk pada tahun 1991 ini sebetulnya hanya sementara saja sifatnya
(transisional), sampai terbentuknya Konstitusi Rusia yang baru pasca runtuhnya
Uni Soviet.[13] Tujuannya
untuk mengisi kekosongan dan melanjutkan tugas yang sebelumnya diemban oleh
Komite Supervisi Konstitusi yang telah bubar bersamaan dengan bubarnya Uni
Soviet. Sebab pada saat Mahkamah ini dibentuk pun (1991), rencana untuk
membentuk MK Rusia yang definitif sudah mulai dicanangkan dan akan ditetapkan
melalui Konstitusi yang baru nanti.
Seperti
pendahulunya (Committee of Constitutional Supervision), lembaga ini juga
ternyata mampu menunjukan eksistensi dan signifikansinya dalam sistem
ketatanegaraan Rusia melalui putusan-putusannya yang berani dan brilian, meski hanya
beroperasi dalam rentang waktu yang cukup singkat (1991-1993).
Salah
satu putusannya yang bisa dikatakan sebagai landmark decision dari
lembaga ini ialah tentang pembatalan Keputusan Presiden Boris Yeltsin mengenai
peleburan/penggabungan dua kementerian (Kementerian Kepolisian dan Kementerian
Keamanan Dalam Negeri).[14] Yang
lebih mengesankan dari putusan ini ialah, Presiden Boris Yeltsin ternyata patuh
pada putusan Mahkamah yang dipimpin oleh Valery Zorkin ini.[15]
Mahkamah
Konstitusi Rusia yang dibentuk untuk sementara waktu ini diakhiri eksistensinya
oleh Presiden Boris Yeltsin pada tanggal 7 Oktober 1993 melalui sebuah
Keputusan Presiden (President’s Decree) tentang penghentian “paksa”
seluruh kegiatan persidangan Mahkamah sampai disahkannya Konstitusi Rusia yang
baru dan definitif.[16]
Keputusan
pembekuan MK Rusia itu sendiri adalah buntut dari perseteruan hebat antara
Parlemen (Federal Assembly) yang belakangan di dukung oleh MK Rusia di
satu pihak dengan Presiden Yeltsin di pihak yang lain.
Ketegangan
itu sendiri bermula Ketika Presiden Yeltsin mengeluarkan sebuah Dekrit (President’s
Decree) tentang langkah-langkah reformasi Rusia pada tanggal 21 September
1993 tanpa melibatkan Parlemen. Tindakan Presiden Yeltsin itu ternyata
mengundang resistensi yang keras dari Parlemen. Dekrit Presiden itu dibalas
oleh Parlemen dengan mengeluarkan resolusi yang pada intinya menyatakan bahwa Dekrit
itu tidak sah dan tidak memiliki kekuatan hukum.
Dalam
situasi yang tegang itu, MK Rusia mencoba mengambil sikap atas kasus tersebut.
Namun sayangnya, sebagaimana dikatakan Herbert Hausmaninger, MK Rusia memilih
sisi yang kalah dalam pertunjukan adu kuat antara Presiden dan Parlemen Rusia tersebut.
Herbert menggatakan bahwa “In this conflict, the Constitutional Court
unwisely supported the losing side.”[17]
Dengan
berbekal suara sembilan (9) berbanding empat (4) hakim, MK Rusia menjatuhkan
putusan berupa pembatalan Dekrit Presiden yang dimaksud. Lebih dari itu, MK bahkan
“mengancam” Presiden Yeltsin bahwa tindakannya yang sewenang-wenang dalam
mengeluarkan Dekrit itu bisa menjadi alasan bagi proses impeachment terhadap
dirinya.[18]
Bukannya
mematuhi Putusan MK dan mencabut Dekrit yang dimaksud, Presiden Yeltsin malah mengeluarkan
Dekrit baru yang berisi pembekuan kegiatan MK sampai terbentuknya Konstitusi
Rusia yang baru.[19]
Konstitusi baru itulah yang nantinya akan menentukan secara definitif sistem
ketatanegaraan Rusia, termasuk soal masih diperlukan atau tidaknya lembaga
Mahkamah Konstitusi ini.
Selanjutnya,
sebagaimana kita tahu, sejarah nampaknya menunjukan bahwa Mahkamah Konstitusi
ini masih diperlukan oleh Rusia. Konstitusi Rusia yang ditetapkan pada tahun
1993 ternyata memilih untuk tetap mempertahankan keberadaan lembaga ini.
Bahkan
kenyataan menunjukan bahwa MK Rusia yang dibentuk berdasarkan Konstitusi 1993 ini
jauh lebih baik dan lebih kuat kewenangannya jika dibandingkan dengan dua
lembaga pendahulunya (Komite Supervisi Konstitusional dan Mahkamah Konstitusi
Rusia 1991-1993).
Melalui
Konstitusi 1993 itulah kemudian dibentuk suatu Mahkamah Konstitusi Rusia yang
baru dan modern sebagaimana kita kenal sekarang ini. Sebuah Mahkamah yang diharapkan
menjadi pilar penting bagi berdirinya negara hukum Rusia yang demokratis.
Untuk
diketahui, MK Rusia adalah satu dari tiga pelaku kekuasaan kehakiman di Rusia.[20] Dua
pelaku kekuasaan kehakiman yang lainnya adalah Supreme Court (Mahkamah
Agung) dan Supreme Arbitration Court (Mahkamah Arbitrasi). Supreme
Court memiliki yurisdiksi untuk menangani perkara-perkara perdata, pidana,
administratif, dan perkara umum lainnya.[21]
Sedangkan yurisdiksi Supreme Arbitration Court hanya meliputi
sengketa-sengketa ekonomi saja.[22]
Berdasarkan
ketentuan Pasal 125 juncto Pasal 128 Konstitusi Federasi Rusia 1993, MK
Rusia terdiri dari 19 orang hakim yang kesemuanya diangkat oleh Dewan Federasi (Council
of Federation) atas usul Presiden Rusia. Masa jabatan hakim MK Rusia tidak
dibatasi, akan tetapi ditetapkan dalam undang-undang bahwa usia pensiun/purna
bakti hakim MK adalah 70 tahun.[23]
Berdasarkan
Konstutusi Rusia dan Undang-Undang tentang Mahkamah Konstitusi Rusia,
kompetensi MK Rusia adalah sebagai berikut:
1.
Menguji konstitusionalitas berbagai peraturan perundang-undangan
yang meliputi:
a. UU Federal dan peraturan lain yang dikeluarkan oleh Presiden Rusia,
Dewan Federasi, Parlemen Duma (DPR), dan Pemerintah Federal;
b. Konstitusi Republik Negara Bagian Rusia, UU Negara Bagian, serta
peraturan lain yang dikeluarkan oleh Pemerintah Negara Bagian Rusia;
c. Perjanjian antara Pemerintah Federal dengan Pemerintah Negara
Bagian atau Perjanjian antar Pemerintah Negara Bagian; dan
d. Perjanjian internasional yang belum diberlakukan oleh Pemerintah
Federal.[24]
2. Menyelesaikan sengketa kewenangan lembaga negara tingkat federal, sengketa antara lembaga-lembaga
negara federal dengan lembaga-lembaga negara dari negara bagian, dan lembaga-lembaga
tinggi negara bagian.[25]
3. Menerima pengaduan konstitusional (constitutional complaint) terhadap pelanggaran hak-hak
konstitusional dan kebebasan warga negara.[26]
4. Memberikan tafsir konstitusi berdasarkan permohonan yang diajukan
oleh Presiden Rusia, Dewan Federasi (Senat), Parlemen Duma (DPR), Pemerintah Rusia
dan lembaga legislatif atau eksekutif negara-negara bagian.[27]
5. Memutus dugaan pengkhianatan atau pelanggaran hukum berat oleh
Presiden Rusia yang permohonannya diajukan oleh Dewan Federasi Rusia dalam
rangka impeachment Presiden.[28]
6. Menguji konstitusionalitas peraturan perundang-undangan berdasarkan
petisi/pengajuan dari pengadilan biasa manakala hakim dari pengadilan tersebut
ragu akan konstitusionalitas dari peraturan yang akan ia terapkan dalam suatu
kasus konkret yang sedang ditanganinya (judicial refferal of constitutional
question).[29]
7. Mengambil langkah-langkah untuk menginisiasi proses legislasi
terhadap hal-hal yang menjadi kompetensi MK Rusia, misalnya menginisiasi
perubahan suatu UU yang telah dinyatakan inkonstitusional oleh MK Rusia.[30]
Pengujian
konstitusional di Rusia boleh dikatakan sangat rumit karena banyaknya produk
hukum yang dapat diuji dengan banyak kategori Pemohon yang berhak mengajukan
permohonan tersebut.[31] Dalam hal
ini dapat dikatakan bahwa semua peraturan perundang-undangan dan produk hukum
yang dikeluarkan oleh lembaga negara adalah objek yang dapat diuji
konstitusionalitasnya oleh MK Rusia.
Sistem
pengujian konstitusional yang berlaku di Rusia terdiri dari dua mekanisme
pengujian, yakni mekanisme abstract
review atau lebih tepatnya a posteriori abstract review dan
mekanisme concrete review.
Namun
demikian perlu diketahui bahwa akses pengujian konstitusional yang bersifat
abstrak di Rusia tidak terbuka secara umum sebagaimana yang berlaku di
Indonesia, melainkan hanya dapat
duiajukan oleh pihak-pihak tertentu saja. Pihak-pihak yang memiliki legal
standing untuk itu, kesemuanya adalah organ-organ negara, yakni meliputi Presiden
Rusia, Dewan Federasi (Senat), Parlemen Duma (DPR), seperlima anggota Dewan
Federasi atau Parlemen Duma, Pemerintah Rusia, MA Rusia, Mahkamah Arbitrase
Rusia, lembaga legislatif dan eksekutif negara bagian Rusia.[32]
Sedangkan
untuk jenis pengujian concrete review atau constitutional question,
secara formal permohonannya diajukan oleh hakim dari pengadilan biasa.[33]
Meski
secara formal pengajuan permohonan constitutional question itu dilakukan
oleh hakim, akan tetapi inisiatif untuk itu bisa juga datang dari para pihak
yang sedang terlibat dalam perkara konkret yang dimaksud. Dalam hal tersebut
maka salah satu pihak dapat meminta/mengusulkan kepada hakim yang menangani
perkara tersebut untuk mengajukan constitutional question kepada MK
Rusia.
Di
luar daripada penjelasan mengenai kelembagaan MK Rusia diatas, perlu juga
diketahui bahwa selain memiliki Mahkamah Konstitusi di tingkat federal/pusat, terdapat
juga beberapa unit negara bagian yang telah mengadopsi pembentukan MK Negara Bagian
di wilayahnya.[34] Akan
tetapi perlu digaris bawahi bahwa semua MK Negara Bagian itu berdiri
sendiri-sendiri dan bukan merupkan bagian dari MK Rusia.[35]
Negara
Bagian Rusia yang tercatat telah mendirikan MK Negara Bagian itu adalah: (i)
Adigea; (ii) Altai; (iii) Baskiria; (iv) Buryatia; (v) Chechnia (vi) Chuvachia;
(vii) Dagestan; (viii) Inguchia; (ix) Irkutska Oblast; (x) Republik
Kabardino-Balkar; (xi) Kakasa; (xii) Republik Karachaewo-Cherkez; (xiv)
Karelia; (xv) Khalmukia; (xvi) Koma; (xvii) Marii-El; (xviii) Northern Ossetia;
(xix) Tatarstan; (xx) Tuba; (xxi)Udmurtia; dan (xxii) Yakutia/Sakha.[36]
[1] Lihat Jimly
Asshiddiqie dan Ahmad Syahrizal, Peradilan Konstitusi di Sepuluh Negara, Sinar
Grafika, Jakarta, 2012, hlm. 205.
[2] Pengisian
keanggotaan MK Rusia cukup memakan waktu karena sempat terjadi penolakan
kandidat hakim MK usulan Presiden Boris Yeltsin oleh Dewan Federasi Rusia
(semacam Senat; Majelis Tinggi; salah satu dari dua Majelis yang ada di dalam
tubuh Parlemen Rusia). Itulah sebabya dari sejak saat disahkannya UU MK Rusia
pada Juli 1994, baru pada Februari 1995 kursi hakim MK dapat terisi. Lihat
selengkapnya dalam Wikipedia, Constitutional Court of Russia, https://en.wikipedia.org/wiki/Constitutional_Court_of_Russia, Diakses pada
tanggal 20 Juni 2016.
[3] Herbert
Hausmaninger, “From the Soviet Committee
of Constitutional Supervision to the Russian Constitutional Court,” Cornell
International Law Journal, Vol. 25, Issue 2, Spring 1992 (New York, Cornell
University), hlm. 305-307.
[4] Ibid., hlm.
309.
[5] Keputusan
Parlemen Uni Soviet (Supreme Soviet) dalam hal ini harus diambil dengan
syarat suara minimal dua pertiga dari seluruh anggota yang hadir. Lihat Gordon
B. Smith, Reforming The Russian Legal System, Cambridge University
Press, Cambridge, 1996, hlm. 76.
[6] Keputusan
Komite dalam kasus ini sendiri dijatuhkan pada tanggal 13 September 1990.
Keputusan ini sempat memicu ketegangan antara Presiden Gorbachev yang di dukung
oleh Parlemen dengan Komite Supervisi Konstitusional yang merupakan “pemain
baru” dalam sistem ketatanegaraan Uni
Soviet di detik-detik terakhir menjelang keruntuhan Uni Soviet. Lihat Herbert
Hausmaninger, Op. Cit., hlm. 314.
[7] Ibid., hlm.
327.
[8] Bubarnya Uni
Soviet ini ditandai dengan berhentinya Mikhail Gorbachev sebagai Presiden Uni
Soviet pada tanggal 25 Desember 1991 dan kemudian diikuti dengan bubarnya
Parlemen Soviet (Supreme Soviet) sebagai lembaga negara tertinggi di Uni
Soviet.
[9] Dalam
merancang Mahkamah Konstitusinya, Rusia memang berkiblat pada Mahkamah
Konstitusi Austria dan Jerman yang jauh lebih dulu ada dan terbukti berhasil
dalam menjalankan tugas dan fungsinya.
[10] Herbert
Hausmaninger, Op. Cit., hlm. 332.
[11] Ibid.
[12] Jimly
Asshiddiqie dan Ahmad Syahrizal, Op. Cit., hlm. 211.
[13] Herbert
Hausmaninger, Op. Cit., hlm. 323.
[14] Pertimbangan
hukum atau alasan dibalik pembatalan Keputusan Presiden yang menggambungkan dua
kementerian itu pada pokoknya adalah: (i) karena tindakan itu dianggap
melanggar prinsip pemisahan kekuasaan yang telah ditetapkan dalam Konstitusi;
(ii) melanggar prosedur penggabungan dua kementerian sebagaimana telah
ditetapkan oleh hukum; (iii) melanggar kewenangan Parlemen karena urusan itu
merupakan wewenang Parlemen dan seharusnya dituangkan dalam bentuk
undang-undang, bukan keputusan presiden; dan (iv) keputusan itu dikhawatirkan
akan membawa dampak buruk bagi hak asasi manusia karena menggabungkan dua
kekuatan bersenjata dalam satu wadah/kementerian. Lihat lebih lanjut perihal
alasan/pertimbangan MK Rusia ini dalam Herbert Hausmaninger, Ibid., hlm.
333-334.
[15] Meski pada
akhirnya Presiden Boris Yeltsin patuh pada putusan ini namun perlu diketahui
bahwa pada awalnya Presiden Yeltsin sempat mengabaikan permintaan MK Rusia
untuk menunda Keputusan Presiden tersebut sampai masalah tersebut dibicarakan
dan diselesaikan oleh Parlemen Rusia. Begitu juga di awal-awal Putusan ini
dikeluarkan, Presiden Yeltsin melalui pembantu dekatnya, Shakrai (Deputy
Prime Minister) sempat menolak dan memandang sinis putusan ini. Namun pada
akhirnya, Presiden Boris Yeltsin mematuhi juga Putusan MK Rusia itu dengan cara
mencabut Dekrit yang dimaksud pada
tanggal 17 Januari 1992. Ibid., hlm. 336.
[16] Herbert
Hausmaninger, “Towards a New Russian Constitutional Court,” Cornell
International Law Journal, Vol. 25, Issue 2, Spring 1992 (New York, Cornell
University), hlm. 351.
[17] Herbert
Hausmaninger, “Judicial Referral of Constitutional Questions ....., Op.
Cit., hlm. 4.
[18] Herbert
Hausmaninger, “Towards a New Russian ......, Op. Cit., hlm. 350.
[19] Ibid. hlm.
351.
[20] Vide Pasal 125
– Pasal 127 Konstitusi Federal Rusia.
[21] Ibid.,
Pasal 126.
[22] Ibid., Pasal
127; Lihat juga Olga Schwartz dan Elga Sykiainen, “Judicial Independence in the
Russian Federation,” dalam Anja
Seibert-Fohr (editor), Judicial Independence in Transition, Max Planck Institute for Comparative Public
Law and International Law, Heidelberg - Karlsruhe, 2012, hlm. 971-972. Dalam tulisannya tersebut, keduanya mengatakan
bahwa: “The federal judicial power in Russia has three branches or court
systems: constitutional courts, courts of general jurisdiction and arbitrazh
(commercial) courts.”
[23] Vide Pasal 12
Undang-Undang Federal tentang Mahkamah Konstitusi Rusia.
[24] Untuk
diketahui bahwa pengujian konstitusional diatas hanya dapat diajukan oleh
pihak-pihak tertentu saja yang kesemuanya merupakan organ negara, yaitu
Presiden Rusia, Dewan Federasi, Parlemen Duma (DPR), Pemerintah Federal,
Mahkamah Agung, Mahkamah Arbitrase, dan Pemerintah Negara Bagian Rusia. Vide
Pasal 125 ayat (2) Konstitusi Federasi Rusia.
[25] Vide Pasal 125
ayat (3) Konstitusi Federasi Rusia.
[26] Ibid.,
Pasal 125 (4).
[27] Ibid.,
Pasal 125 (5).
[28] Ibid., Pasal
125 (7).
[29] Ibid., Pasal
125 (4); Lihat juga Pasal 3 paragraf 1 ayat (3.1), Pasal 101 Undang-Undang
Federal tentang Mahkamah Konstitusi Rusia.
[30] Vide Pasal 3
ayat (6) Undang-Undang Federal tentang Mahkamah Konstitusi Rusia.
[31] Arief Ainul
Yaqin, Pengujian Konstitusional (Constitutional Review) di Rusia, http://equityjusticia.blogspot.co.id/2015/02/pengujian-konstitusional-di-rusia.html, Diakses pada
tanggal 20 Juli 2016.
[32]Vide Pasal 125
ayat (2) Konstitusi Federasi Rusia.
[33] Lihat Jimly
Asshiddie dan Ahmad Syahrizal, Op. Cit., 220-224.
[34] Sebagai
informasi tambahan, Rusia adalah negara berbentuk federal dengan banyak unit
pemerintahan negara bagian (subjek federal) di dalamnya. Terdiri dari 21
Republik Otonom; 46 Oblast (semacam Provinsi), 10 Krai (semacam
Wilayah/Teritori), dan 3 Okrug (Distrik Otonom). Disamping itu Rusia memiliki
dua Kota Federal (kota yang dikendalikan langsung oleh Pemerintah Federal),
yakni Moskow dan St. Petersburg. Kesemuanya itu merupakan entitas lokal yang
ada dan bernaung di bawah federasi Rusia. Konstitusi Rusia menyebut semua
entital lokal itu dengan istilah “constituent entity.” Lihat
selengkapnya dalam Wikipedia, Rusia, https://id.wikipedia.org/wiki/Rusia, Diakses pada
tanggal 25 Juli 2016; Lihat juga Konstitusi Federasi Rusia.
[35] Olga Schwartz
dan Elga Sykiainen, “Judicial Independence in the Russian Federation,” dalam
Anja Seibert-Fohr (editor), ..... Op. Cit., hlm. 972.
[36] Jimly Asshiddiqie,
Model-Model Pengujian Konstitusional di Berbagai Negara, Edisi Kedua, Sinar
Grafika, Jakarta, 2010, hlm. 52.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar