Selamat Datang di Blog Arief Ainul Yaqin

Sebuah referensi bacaan untuk memperkaya khazanah keilmuwan

Jumat, 18 November 2016

Terorisme: Sejarah dan Cikal Bakalnya (Catatan Pendek)



Terorisme ...
Istilah yang sangat familiar dan hampir setiap waktu wara-wiri di telinga kita, bahkan beberapa diantara kita mungkin pernah mengalami langsung keganasan aksi teror tsb. Dan tidak bisa dipungkiri lagi bahwa saat ini Islam lah yang seringkali menjadi "suspected" (tersangka) untuk masalah ini akibat ulah segelintir orang Islam yang melakukannya.
Tapi tahukah anda sebetulnya cikal bakal atau asal muasal aksi terorisme ini dalam sejarah peradaban manusia ?
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan Robert A. Pape yang kemudian ditulisnya dalam sebuah buku berjudul "Dying to Win: The Strategic Logic of Suicide Terorism," disebutkan bahwa sebetulnya cikal bakal aksi terorisme itu dapat ditelusuri sejak tahun-tahun terakhir sebelum masehi (sekitar tahun 4 SM) sampai dengan tahun 70 M.
Cikal bakal aksi terorisme itu terjadi di wilayah Yudea, wilayah tempat hidupnya bangsa Israel/Yahudi (sekarang Palestina) ketika Yudea berada di bawah penjajahan bangsa Romawi. Aksi terorisme itu dilakukan oleh orang-orang Yahudi dari etnis/kelompok Zelot dan Sicarii, dua kelompok Yahudi yang berhaluan ultra-nasionalis dan menentang habis-habisan pendudukan yang dilakukan oleh Romawi atas wilayah mereka.
Aksi teror itu sendiri diklaim oleh mereka sebagai bentuk perlawanan atas penindasan yang dilakukan oleh Romawi, baik perlawanan dalam arti politis untuk membela bangsanya maupun perlawanan dalam arti religius untuk membela kehormatan agama mereka. Akan tetapi aksi itu kemudian dilakukan secara membabi buta sehingga melahirkan teror yang menakutkan di tanah Yudea.
Mereka yang disebut teroris itu biasanya mempersenjatai diri dengan belati dan siap menyerang siapa pun yang mereka anggap musuh, baik orang-orang Romawi maupun orang Yahudi sendiri. Mereka siap mati dalam melakukan penyerangan itu. Aksi itulah yang disebut Pape sebagai cikal bakal dari serangan bunuh diri dan terorisme.
Meski mungkin saja ada sejarah terorisme yg lebih tua/lebih dulu dari peristiwa itu tapi setidaknya itulah sejarah awal terorisme yangg bisa ditelusuri dan dipastikan kebenarannya. Begitu kata Pape .....
Pada waktu-waktu berikutnya, aksi terorisme yang cukup signifikan dan masif terjadi di Eropa dan mencapai puncaknya pada sekitar abad ke- 16, khususnya di Kerajaan Inggris sehubungan dengan friksi yang terjadi antara Katolik dan Protestan.
Aksi terorisme itu marak terjadi di Kerajaan Inggris sehubungan dengan memburuknya hubungan antara Inggris di bawah Ratu Elizabeth I yang menganut Protestan sebagai agama negara dengan wilayah-wilayah bagiannya seperti Skotlandia dan Irlandia yang mayoritasnya menganut Katolik. Pada masa inilah aksi-aksi teror dengan menggunakan bahan peledak yg dilakukan oleh orang-orang Skotlandia dan Irlandia yg beragama Katolik yg merasa tertindas oleh rezim Protesten di pusat (Inggris) mulai dikenal untuk pertama kalinya dalam sejarah manusia. Aksi itu menyeruak dimana-mana dan menyulut konflik panjang antara Inggris disatu pihak dengan Skotlandia dan Irlandia di pihak yg lain. Suatu konflik yang tidak diragukan lagi berdimensi nasionalisme dan religius sekaligus.
Begitulah kata Simon Sebag Montefiore, seorang sejarawan terkemuka abad ini dalam bukunya "Speech that Changed the World," ketika mengisahkan bagian tentang Ratu Elizabeth I yang di dalamnya mengulas juga konflik antara Inggris dan Skotlandia yg tidak bisa dipungkiri merupakan konflik antara Protestan dengan Katolik. Juga banyak penulis lainnya, antara lain Jessica Stern dalam bukunya "Terror in the Name of God: Why Religous Militants Kill"
Dari kisah diatas, setidaknya dapat ditarik dua (2) kesimpulan penting:
1.   Terorisme bukan milik atau penyakit endemik suatu bangsa maupun suatu agama tertentu, terorisme bisa terjadi dan dilakukan oleh bangsa dan penganut agama mana pun;
2.   Terorisme selalu muncul dan bermula akibat adanya ketidakadilan, penindasan, dan konfigurasi kekuatan sosial-politik yang tidak seimbang dimana satu kekuatan mendominasi kekuatan yang lain sehingga pada akhirnya memicu perlawanan dari kelompok yg berada pada posisi yg lemah dan tertekan. Perlawanan itulah yang pada satu persimpangan jalan sangat mungkin menyimpang jauh dari cita-cita awalnya yang sebetulnya mulia dan kemudian bermetamorfosa menjadi sebuah aksi teror yg menakutkan yang sebetulnya sudah keluar dari nilai-nilai nasionalisme dan religius itu sendiri.