Hampir tidak ada yang memungkiri bahwa Sukhoi SU 35 adalah
salah satu pesawat tempur terkuat di dunia dengan kemampuan superioritas udara
yang mengagumkan, hanya tertinggal sedikit dalam hal teknologi stealth
(siluman) di belakang F-35 dan F-22 Amerika. Membanggakan bila kita punya fighter ini untuk
mengawal ruang udara kita. Tapi untuk bisa melindungi kita tentu pesawat ini harus
bisa lepas landas dan mengudara.
Sayangnya saya hampir tidak melihat adanya usaha yang
signifikan dari satu pemerintah ke pemerintah berikutnya untuk melengkapi dan
melindungi aset-aset udara kita ini dengan sistem pertahanan udara yang lengkap
dan berlapis dari mulai pertahanan udara jarak pendek, jarak menengah, dan
jarak jauh.
Terakhir saya hanya mengetahui adanya pembelian sistem
pertahanan udara jarak pendek, itu pun masih menggunakan sistem munisi peluru
(bukan peluru kendali) dengan jarak tembak ke udara yang sangat terbatas, yaitu
hanya 4 KM, Oerlikon Skyshield namanya, buatan Rheinmetall Swiss-Jerman.[1]
Benar bahwa sistem ini juga bisa berguna dan harus kita punyai, tapi semestinya
sistem ini difungsikan sebagai pelapis yang terakhir untuk menangkal serangan/target
udara yang sebelumnya gagal dieleminasi oleh sistem pertahanan udara jarak jauh
dan jarak menengah. Dalam mekanisme penangkalan yang seperti itulah mestinya
Oerlikon Skyshield digunakan dan diandalkan, bukannya menjadi sistem penangkis
serangan udara yang pertama dan satu-satunya.
Pemerintah mestinya sudah tahu betul bahwa tren
peperangan modern saat ini seperti yang telah dipertontonkan antara lain dalam
Perang 6 hari Arab-Israel th 1967, Perang Teluk 1 th 1991, Perang Teluk 2 th
2003, dan Invasi NATO ke Libya th 2011, menunjukan bahwa negara-negara yang
kuat akan terlebih dahulu menghancurkan aset-aset udara musuh seperti pesawat-pesawat
tempur selagi pesawat-pesawat itu masih terparkir di tanah. Mereka tidak akan
memberikan kesempatan pesawat-pesawat tempur musuh mengudara dan melancarkan
sarangan. Pesawat-pesawat musuh akan dihancurkan selagi masih di darat, jauh
sebelum mereka sadar dan siap melakukan pertempuran udara.
Serangan pendahuluan semacam itu akan memberikan
keuntungan yang sangat menentukan bagi pihak penyerang, karena bisa melumpuhkan
aset-aset militer terpenting musuh jauh sebelum aset-aset itu digerakan dan siap
tempur. Sisanya penyerang hanya tinggal menyelesaikan peperangan sporadis di
jalan-jalan tanpa bahaya yang berarti karena aset-aset militer lawan yang
besar-besar sudah dinetralisir sebelum pasukan darat mereka diterjunkan ke
medan perang. Siapa yang bisa membantah tren dan gaya perang Amerika cs ini?
Saya kira tidak akan ada.
Negara-negara dengan sistem pertahanan udara yang
lemah seperi yang telah terjadi dalam perang-perang yang disebutkan diatas akan
segera menderita kekalahan militer. Aset-aset militer mereka seperti pangkalan
AU, pangkalan AL, pusat-pusat komunikasi dan komando, gudang senjata, dan
markas kavaleri akan dihancurkan dengan cepat oleh serangan udara yang sangat
mematikan sehingga mengikis habis harapan mereka untuk memenangkan perang.
Kita memang tidak mempunyai potensi konflik dan eskalasi
ketegangan apa pun dengan Amerika, Israel, dan negara-negara NATO yang biasa
mempraktekan gaya peperangan cepat seperti digambarkan diatas. Akan tetapi
memetik pelajaran dan mengantisipasi kesalahan seperti itu juga tidak ada
salahnya bukan? caranya tidak lain dengan melengkapi dan memperkuat sistem
pertahanan udara kita sampai teritori kita benar-benar berada dalam
perlindungan yang kuat dan berlapis. Wilayah yang sudah dilindungi oleh sistem
pertahanan udara saja kadang dalam beberapa kasus masih bisa disiasati dan
ditembus, apalagi yang tidak terlindungi sama sekali, tentu itu merupakan
kesalahan fatal.
Terlebih lagi jika kita mengikuti peta dan dinamika
keamanan global, atau setidaknya dinamika kawasan di mana kita tinggal. Kita
tahu bahwa Australia adalah salah satu negara yang ikut serta dalam program
pengembangan jet siluman F-35 buatan Lockheed Martin AS dan telah memesan 72
unit. Per tanggal 10 Des 2018 yang lalu, Australia sudah menerima 2 dari 72
F-35 pesanannya. Belum lagi negara tetangga kita Singapura yang baru-baru ini
juga menyatakan minatnya terhadap F-35 yang jika berhasil dalam proses
pengadaannya akan menambah daftar negara terdekat kita yang mempunyai jet
siluman.[2]
Keberadaan jet-jet siluman yang punya kemampuan lolos dari pantauan radar di
sekeliling kita itu meskipun bukan ancaman langsung terhadap eksistensi kita
akan tetapi tetap harus diwaspadai dan diantisipasi untuk menghindari skenario
terburuk jika terjadi konfrontasi di masa mendatang. Hanya sistem pertahanan
udara yang mumpuni dan disediakan secara berlapis yang bisa menetralisir
potensi ancaman tersebut.
Jika tidak ingin Sukhoi SU-35 yang kita
banggakan ini menjadi seonggok besi yang terbakar oleh Rudal atau bom musuh
(jika seandainya itu terjadi), maka sudah seharusnya kita melindungi markas di mana
dia berada dengan sistem pertahanan udara yang kuat. Pesawat tempur secanggih
apa pun, ia tidak akan mampu mengelak dari serangan udara selagi ia masih
terparkir di tanah. Oleh karena itu ia tetap membutuhkan proteksi sistem
pertahanan udara untuk memastikan tidak ada satu peluru pun yang bisa menyerangnya
selagi ia berada dalam home base-nya.
Tentu tak satu pun dari kita yang menginginkan perang,
tapi jika pun itu harus terjadi tentu (mau tidak mau) kita harus siap. Seperti
yang dikatakan oleh Leon Trotsky "you
may not be interested in war, but war is interested in you."
[1] Informasi mengenai spesifikasi
sistem Oerlikon Skyshield ini diperoleh langsung dari Brosur resmi yang
dikeluarkan oleh perusahaan pembuatnya, yaitu Rheinmetall. Brosur ini tersedia
dan dan dapat diunduh pada laman: https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=6&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwiE8biqzYDgAhUMbo8KHfiCC94QFjAFegQIBBAC&url=http%3A%2F%2Fwww.ceptm.iue.edu.ar%2Fpdf%2FRAMSystem.pdf&usg=AOvVaw2Bcu8tAu9hzN170VKk-cwU,
Diakses pada tanggal 22 Januari 2019.
[2] Kompas, Singapura Bakal Beli Jet
Tempur F-35 untuk Gantikan F-16, https://internasional.kompas.com/read/2019/01/18/17335601/singapura-bakal-beli-jet-tempur-f-35-untuk-gantikan-f-16,
Diakses pada tanggal 22 Januari 2019.
DefenseNews,
F-35 Fighters Arrive on Australian Soil, https://www.defensenews.com/global/asia-pacific/2018/12/10/f-35-fighters-arrive-on-australian-soil/,
Diakses pada tanggal 22 Januari 2019.